Gerindra Soroti Anggotanya yang Rapat di Hotel
on: In: Headline, Politika
MATARAM – Ketua Fraksi
Gerindra DPRD NTB H Hamja berang mendengar ada anggotanya yang ikut
rapat di hotel. Dia akan memanggil dan memberikan peringatan lisan
kepada para anggotanya tersebut.
Tiga anggota Fraksi Gerindra yang ikut rapat di hotel adalah H Lalu Jazuli Azhar, H Sakduddin, dan H Abdul Karim.
Ketiganya merupakan anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD NTB.
Hamja mengatakan, tidak layak bagi wakil
rakyat dari Partai Gerindra ikut menghambur-hamburkan uang
rakyat.Apalagi dengan menggelar rapat di hotel.
Padahal DPRD memiliki ruang rapat yang representatif.
“Sudah ada kantor kok masih saja rapat di hotel,” kata Hamja kepada wartawan di Mataram, kemarin.
Dia menilai, pembahasan persoalan rakyat apalagi yang menyangkut anggaran seharusnya dilakukan secara transparan.
Kapasitas ruangan yang tidak memadai, menurut dia, bukan menjadi alasan.
Rapat yang diselenggarakan bersama tim TAPD itu tidak menuai kecurigaan masyarakat.
Meski begitu, dia menepis dugaan adanya
kesepakatan tertentu antara legislatif dan eksekutif terkait pembahasan
KUA/PPAS tersebut.
H Lalu Jazuli Azhar yang merupakan
anggota Fraksi Gerindra dan anggota Banggar DPRD NTB menepis berbagai
dugaan terkait pembahasan KUA/PPAS itu.
Menurut dia, sebagai anggota Banggar akan mengikuti arahan pimpinan terutama menyangkut lokasi rapat pembahasan KUA/PPAS.
Dipilihnya kawasan Senggigi sebagai tempat pembahasan KUA/PPAS karena kapasitas ruangan di DPRD NTB terbatas.
Dia menunjuk ruang rapat Rinjani di DPRD NTB tidak cukup untuk menampung peserta rapat.
“Tidak ada yang ditutup-tutupi semua lebih karena kapasitas ruangan yang tidak memadai,” papar dia.
Dia menyayangkan wartawan yang mengangkat
persoalan tersebut dan menyebut wartawan tidak punya kerjaan dengan
menulis dewan rapat di hotel.
Jazuli mengatakan, banyak persoalan dibahas secara lengkap terkait KUA PPAS tersebut.
“ Untuk berbicara masalah kemiskinan di
Hotel Santika, kenapa nggak di rumah-rumah reot itu aja. Jadi jangan
dikritisi yang gitu-gitulah, nggak ada kerjaan adik-adik ini,” kata
Jazuli.
Sebelumnya Sekjen FITRA NTB Ervin Kaffah mendorong eksekutif dan legislatif lebih transparan dalam pembahasan anggaran.
Menurut dia pembahasan anggaran seharusnya dilakukan di tempat yang mudah diakses sehingga masyarakat dapat mengontrol.
Legislatif dan eksekutif juga diharapkan melibatkan publik sebagai upaya transparansi anggaran.
Ervin menegaskan tidak ada dalam
undang-undang yang menyebutkan pembahasan KUA/PPAS dan APBD bersifat
rahasia sehingga harus berlangsung tertutup. (tan/r5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar