MATARAM-
Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB lagi dihujani kritikan terkait kemampuan
membelanjakan anggaran. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) NTB
menyebut, daerah ini belum juga belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Sehingga, serapan anggaran masih saja seret.
(Sumber: Koran Cetak Lombok Post, edisi Rabu, 20 April 2016)
“Kita lihat
masih kayak dulu-dulu. Belum ada kemajuan,” kritik Sekretaris Jenderal FITRA
NTB Ervyn Kaffah, kemarin (19/4).
Pemprov
boleh saja sesumbar realisasi anggaran pada periode ini lebih baik dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, kata Ervyn Kaffah, realisasi belanja
tersebut masih didominasi oleh belanja tidak langsung. “Belanja langsung atau
publik masih rendah. Sama saja seperti tahun sebelumnya,” kata Ervyn.
Belanja
tidak langsung sendiri hanya rutinitas biasa seperti belanja pegawai. Namun,
belanja langsung yang meliputi belanja modal maupun belanja barang dan jasa
masih minim. Padahal, kata Ervyn, per April, realisasi belanja langsung
setidaknya harus sudah mencapai 15 persen.
Sementara,
pada situs Tepra TV Monitor NTB, terpantau realisasi belanja sampai 8 April,
keuangan 17,16 persen dan fisik 18,32 persen. Namun, dari capaian itu, masih
didominasi oleh belanja tidak langsung. Realisasi belanja langsung sendiri,
keuangan fisik 6,48 persen baru 6,48 persen. Capaian itu
masih jauh dari target per April, di mana realisasi keuangan dan fisik untuk
belanja langsung harus mencapai 31,97 persen.
Masih rendahnya belanja langsung, khususnya belanja modal
di triwulan pertama ini mengindikasikan penyakit akut dari tahun ke tahun belum
sembuh. Ervyn memprediksi, masih banyak proyek pembangunan yang baru akan
dikebut di triwulan ketiga atau ke empat. Padahal, menurut Ervyn, triwulan
keempat harusnya menjadi momen untuk finishing atau penyelesaian saja. “Ini
sudah menjadi tren atau penyakit dari tahun ke tahun, belanja langsung baru
dikebut di triwulan terakhir. Padahal, prinsipnya, serapan itu harus merata di
masing-masing triwulan,” jelasnya.
Dijelaskan, serapan yang merata untuk masing-masing
triwulan itu juga demi menjamin kualitas belanja. Sehingga, tidak ada lagi
kesan bahwa pembangunan yang terburu-buru karena mengejar waktu dan mengabaikan
kualitas.
Di satu sisi, FITRA NTB mengapresiasi kesiagapan Gubernur
NTB TGH HM. Zainul Majdi. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, gubernur sudah
menegur beberapa SKPD yang serapan anggarannya masih lemah serta meminta
sejumlah SKPD lemot itu untuk membuat
laporan tertulis perihal kendala yang dihadapinya. “Itu langkah yang baik tapi
langkah ini harus berkesinambungan dan terintegrasi dengan langkah perbaikan
lainnya,” kata Ervyn.
Ia memberikan masukan beberapa langkah perbaikan yang
dimaksud. Misalnya, lelang perlu dilaksanakan secara serentak. Ini dinilai
sebagai solusi agar semua SKPD kerja sesuai jadwal dan lebih taat. “kalau ingin
ada hasil yang berbeda harus lakukan aksi berbeda. Selama ini tidak terlihat
suatu yang signifikan. Tidak pernah mau ditoleh oleh Pemprov saran-saran kita,”
kritiknya. (uki/r9)
(Sumber: Koran Cetak Lombok Post, edisi Rabu, 20 April 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar