SEKRETARIS Jenderal FITRA NTB, Ervyn Kaffah,
menilai laju realisasi Belanja Modal Pemprov NTB tahun ini mengalami perbaikan
0,82 persen dibanding empat tahun sebelumnya. Namun, tren positif ini jelas
tidak cukup signifikan. Tren ini dianggap tidak akan cukup untuk menghentikan
berulangnya kebiasaan menggeber belanja program di akhir tahun anggaran.
Pendapat tersebut disampaikan Ervyn dalam rilis yang diterima Suara NTB, Jumat
(5/8) kemarin. “Tren kenaikan tersebut
belum mampu menjawab problem klasik Pemprov NTB yakni menumpuknya belanja program pada akhir tahun, yang
umumnya dikebut pada triwulan terakhir,” ujar Ervyn.
Orang-orang mengira saya mengkritik kekuasaan. Bukan. Saya sedang menjalankan posisi demokratis saya sebagai warga untuk membicarakan urusan yang menyangkut hajat hidup saya sendiri dan warga lainnya. Jika ada diantaranya berkaitan dengan Anda, itu bonus.
Translate
Rabu, 24 Agustus 2016
Senin, 15 Agustus 2016
Jangan Hanya Teguran
Gerindra Soroti Anggotanya yang Rapat di Hotel
Posted By: Redaksi Lombok poston: In: Headline, Politika
MATARAM – Ketua Fraksi
Gerindra DPRD NTB H Hamja berang mendengar ada anggotanya yang ikut
rapat di hotel. Dia akan memanggil dan memberikan peringatan lisan
kepada para anggotanya tersebut.
Punya Gedung Sendiri, DPRD NTB Malah Rapat di Hotel
FITRA NTB Kritik Pembahasan KUA-PPAS APBDP 2016
Posted By: Redaksi Lombok poston: In: Headline, Politik
MATARAM – Sekjen Forum
Indonesia untuk Transparansi (Fitra) NTB Ervin Kaffah mendorong Pemprov
dan DPRD melakukan konsultasi publik. Ini terkait pembahasan KUA-PPAS
APBD Perubahan 2016.
Menurut dia, konsultasi publik itulah yang menyebabkan NTB memperoleh nilai rendah dalam Indeks Keterbukaan Anggaran.
Fitra: Revisi RPJMD NTB Masih Dimungkinkan
NTB - Pilihan Editor
10 Agustus 2016 18:55
redaksi
Mataram (suarantb.com) –
Sekjen Fitra NTB, Ervyn Kaffah menilai, revisi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2013-2018 masih dimungkinkan sejauh
yang menjadi revisi menyangkut arah kebijakan dan strategi mencapai
target dari program-program yang sudah ada saat ini.
Sedangkan untuk capaian target, yang
merupakan implementasi janji politik pemerintahan terpilih, menjadi
pengecualian. Karena capaian target merupakan janji politik pemerintah
terpilih kepada masyarakat. “Yang boleh direvisi adalah strategi
bagaimana mencapai target-target itu. Ada cara-cara berbeda yang bisa
dikerjakan,” ujarnya ketika dikonfirmasi suarantb.com, Rabu, 10 Agustus
2016.
Peluang Korupsi Dana Reses
Date: Senin, 29 Februari 2016
in: Headline, Indeks, pelanggan,
Suara, Suara Mataram, Suara Nusantara,
Suara Pulau Lombok, Suara Pulau Sumbawa, Tokoh
DALAM laporan itu, GMAK melampirkan surat pernyataan dari sejumlah warga yang menarik tanda tangannya dalam dokumen pertanggungjawaban reses yang dibuat Yadi. Meski hanya beberapa warga yang menarik dukungannya, namun laporan itu tak urung memantik dugaan ada permainan dalam penggunaan dana reses itu.
Serapan Anggaran Pemprov NTB, Belum ada Kemajuan
MATARAM-
Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB lagi dihujani kritikan terkait kemampuan
membelanjakan anggaran. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) NTB
menyebut, daerah ini belum juga belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
Sehingga, serapan anggaran masih saja seret.
“Kita lihat
masih kayak dulu-dulu. Belum ada kemajuan,” kritik Sekretaris Jenderal FITRA
NTB Ervyn Kaffah, kemarin (19/4).
Berhenti Remehkan Persoalan Serapan Anggaran
Mataram
(Suara NTB) –
Sekjen FITRA NTB, Ervyn Kaffah,
mengingatkan aparatur pengelola APBN dan APBD di NTB untuk behenti menganggap
remeh persoalan serapan anggaran. Pembenahan terhadap buruknya kinerja anggaran
harus segera menjadi prioritas tahun ini.
Pandangan itu disampaikan Ervyn
saat dikonfirmasi menyangkut kinerja serapan APBN di NTB yang masih belum beres
sepanjang tahun 2015 lalu.
Tiap Kuartal, Sekitar Rp 1,7 Triliun Dana APBD Mengendap
Mataram
(Suara NTB) –
Secara umum, kemampuan pemerintah daerah se-NTB dalam menyerap
anggaran dinilai masih rendah. Masalahnya bukan pada tidak tersedianya
anggaran, tata kelolanya yang masih lemah,
khususnya soal pengendalian realisasi belanja.
Sekjen FITRA NTB, Ervyn Kaffah,
menyimpulkan hal itu setelah memaparkan data-data berbasis realisasi pendapatan
dan belanja tiga tahun terakhir (tahun 2012, 2013, 2014). Menurutnya, data
realisasi pada tiga tahun terakhir itu menunjukkan bahwa umumnya semua Pemda
tidak siap belanja. Padahal, dari sisi
pendapatan dana telah tersedia. “Hal ini berakibat setiap kuartal anggaran,
jumlah dana Pemerintah yang mengendap di kas daerah dan giro bank milik Pemda
mencapai Rp. 1,5 sampai Rp 2 triliun,” sebutnya.
Selasa, 08 Maret 2016
Kepala Daerah Baru Diminta Perhatikan Belanja Pegawai
Mataram (Suara NTB) –
Sejumlah daerah dengan kepala
daerah yang baru dilantik, memiliki pekerjaan rumah ekstra untuk menekan
belanja pegawai mereka. Kabupaten Bima, Lombok Tengah, Kota Bima, Kota Mataram
serta Kabupaten Dompu memiliki rasio belanja pegawai diatas 60 persen terhadap
total belanja daerah.
Sekjen FITRA NTB Ervyn Kaffah,
Jumat kemarin menyebutkan, dari 10 kabupaten/kota di NTB, Kabupaten Bima
memiliki rasio belanja pegawai tertinggi dibandingkan daerah-daerah lainnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan RI yang diolah FITRA, pada 2015,
kabupaten di ujung timur NTB ini mencatatkan rasio belanja pegawai yang
mencapai 64,1 persen dari total belanja daerah.
Di posisi kedua, Kabupaten Lombok
Tengah dengan rasio belanja pegawai mencapai 63,9 persen dari total belanja
daerah mereka. Kota Bima berada di tempat ketiga dengan rasio belanja pegawai
63,2 persen. Kota Mataram ada di posisi ke empat dengan rasio belanja pegawai
62,7 persen dan Dompu berada di tempat ke lima dengan 60,8 persen rasio belanja
pegawai.
“Mereka bisa digolongkan daerah
bangkrut karena sebagian besar anggaran dihabiskan untuk belanja pegawai
sementara kue pembangunan yang diterima public hanya sisa-sisanya saja,” sebut
Ervyn. Kecuali Kota Bima, daerah-daerah dengan belanja pegawai terbesar itu,
baru saja memiliki kepala daerah dan wakil kepala daerah baru.
Langganan:
Postingan (Atom)