Komisi I DPRD Salahkan Mutasi Gubernur
POS BALI, 11 May 2015
sumber: http://posbali.com/realisasi-anggaran-triwulan-pertama-pemprov-tak-capai-target/
POS BALI, 11 May 2015
“Kami sarankan, perlu ada identifikasi masalah dan atasan langsung
segera memberikan bantuan. Waktunya sudah mepet, sudah tidak tepat lagi
dikasi peringatan. Lebih baik berikan bantuan atau dukungan sumberdaya
lain. Kalau perlu ambil alih penanganannya,” tegas Sekretaris Jenderal
FITRA NTB, Ervyn Kaffah, saat dihubungi Pos Bali, Sabtu sore (9/5).
MATARAM, Pos Bali – Wakil Ketua Komisi I DPRD NTB Bidang Hukum dan Pemerintahan, H. Rumaksi SJ SH, menduga lambatnya realisasi fisik dan keuangan semua SKPD Pemprov pada triwulan pertama saat ini dipicu pelaksanaan mutasi pejabat eselon II Pemprov yang tidak tepat waktu. Sehingga, pejabat baru tersebut sebagian besar masih banyak yang melakukan penyesuaian dengan suasana kantor serta staf mereka. Pelaksanan mutasi yang dilakukan Gubernur malah saat anggaran SKPD tersebut tengah berjalan alias telah diketok oleh pihak DPRD NTB.
MATARAM, Pos Bali – Wakil Ketua Komisi I DPRD NTB Bidang Hukum dan Pemerintahan, H. Rumaksi SJ SH, menduga lambatnya realisasi fisik dan keuangan semua SKPD Pemprov pada triwulan pertama saat ini dipicu pelaksanaan mutasi pejabat eselon II Pemprov yang tidak tepat waktu. Sehingga, pejabat baru tersebut sebagian besar masih banyak yang melakukan penyesuaian dengan suasana kantor serta staf mereka. Pelaksanan mutasi yang dilakukan Gubernur malah saat anggaran SKPD tersebut tengah berjalan alias telah diketok oleh pihak DPRD NTB.
“Saya tidak yakin jika
pimpinan SKPD itu tidak kompak dengan jajarannya. Tapi, kalau
penyesuaian kerja di lokasi baru, hal ini lebih mendekati. Sebab,
penyesuaian kebijakan pasti beda antara Kepala Dinas (Kadis) baru dan
lama,” kata Rumaksi menjawab Pos Bali, Sabtu (9/5).
Menurutnya, kebiasaan mutasi
pejabat ditengah anggaran sudah berjalan harusnya dihindari kedepannya.
Pasalnya, efektifitas, produktifitas, dan kreativitas pejabat tentu
sulit diukur kemampuan manajerialnya dalam satu organisasi yang sudah
jelas perencanaan dan dokumennya tersebut. “Kecuali jika pelaksanaan
mutasi pejabat di akhir proses lelang alias selesainya tender. Nah
disitu kita akan dapat menilai kinerja mereka, karena itu merupakan
jadwal masuk penawaran serta program kerja baru,” ujar Rumaksi.
Politisi Partai Hanura itu
mengakui hingga kini belum bisa bersikap resmi terkait rendahnya
realisasi anggaran dan fisik pada triwulan pertama tahun ini. Sebab,
komisi terkait masih difokuskan menelaah dokumen LKPJ Gubernur tahun
anggaran 2014 lalu itu. “Kecuali, jika sudah masuk pada sesi pembahasan
KUA/PPAS APBD Perubahan 2015, nah disini akan kita tahu progres resmi
capaian SKPD Pemprov khususnya, dari pengajuan anggaran mereka,” tandas
Rumaksi.
FITRA Desak Asisten dan Sekda
Sementara itu, data FITRA NTB
menyebutkan, dari total sebanyak 27 SKPD Pemprov NTB yang menangani
proyek lelang tahun ini, nampaknya terdapat 12 SKPD Pemprov yang lamban
mengajukan lelang kepada ULP-LPSE NTB. Tercatat, sampai Akhir April 2015
ini, nilai lelang yang mereka ajukan masih dibawah 10 persen dari total
proyek yang ditangani. Padahal di tahun ini, jumlah pagu lelang
mencapai total Rp 510 milyar. Dimana, lelang melalui ULP-LPSE mencapai
sebanyak 255 paket. Sisanya sebesar Rp 720 miliar tidak dilelang.
Sedangkan volume anggaran dan jumlah
paket lelang tahun ini justru lebih rendah dari tahun lalu. Pada tahun
2014, pagu lelang Pemprov NTB mencapai Rp 568, 3 miliar atau setara
dengan sejumlah 325 paket. Karena itu, para Asisten dan Sekda NTB
diminta lebih fokus mengidentifikasi masalah yang dihadapi para pimpinan
SKPD tersebut.
Selain itu, pemecahan masalah juga
harus dilakukan, karena 12 SKPD ini sudah sangat lamban kinerjanya.
“Kami sarankan, perlu ada identifikasi masalah dan atasan langsung
segera memberikan bantuan. Waktunya sudah mepet, sudah tidak tepat lagi
dikasi peringatan. Lebih baik berikan bantuan atau dukungan sumberdaya
lain. Kalau perlu ambil alih penanganannya,” tegas Sekretaris Jenderal
FITRA NTB, Ervyn Kaffah, saat dihubungi Pos Bali, Sabtu sore (9/5).
Menurutnya, berdasarkan trend
pengadaan barang/jasa sejak dua tahun terakhir, manajemen birokrasi
Pemprov NTB sudah saatnya mulai mengembangkan sistem reward and
punishment untuk staf dengan dalih sekadar peringatan dari atasan.
Sehingga, untuk tujuan itu perlu ada informasi akurat mengenai kinerja
personal birokrasi yang tugasnya terkait lelang, seperti staf terkait
lelang, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dan Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) atau Kepala SKPD.
“Perlu dikembangkan sistem
informasi mengenai kinerja staf. Selain membantu identifikasi lokus
masalah, juga dapat menjadi dasar untuk menetapkan insentif baik positif
maupun negatif. Harus dibangun pola baru karena warning saja tidak
cukup. Sistem harus memastikan orang-orang bekerja,” ujar Ervyn.031.
sumber: http://posbali.com/realisasi-anggaran-triwulan-pertama-pemprov-tak-capai-target/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar