Translate

Rabu, 29 April 2015

FITRA Sarankan Wagub Turun Tangan Percepat Proses Lelang

GLOBAL FM - 22 April 2015





“Wagub perlu turun tangan segera, jangan menunda dan memberi kelonggaran kepada SKPD-SKPD itu untuk melalaikan kewajibannya. Intervensi Wagub langsung penting dilakukan untuk memastikan lelang proyek-proyek tersebut segera dilaksanakan,” katanya. 

Mataram (Global FM Lombok)-Wakil Gubernur NTB diharapkan segera mengambil langkah untuk mempercepat pelaksanaan proses lelang barang/jasa Pemprov NTB pada tahun anggaran 2015 ini. Menurut catatan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) NTB sampai pertengahan April ini, ada 12 SKPD yang memerlukan intervensi Wagub karena mereka lamban mengajukan lelang ke Unit Layanan Pengadaan atau ULP.

Sekretaris Jenderal FITRA NTB, Ervyn Kaffah dalam rilisnya Rabu (22/4) mengatakan, Wakil Gubernur NTB, HM Amin, perlu turun tangan untuk mempercepat proses lelang pada 12 SKPD Pemprov NTB, yang belum juga mengajukan lelang kepada ULP-LPSE NTB.


SKPD yang Belum Juga Mengajukan Lelang s.d 15 April 2015
NoSKPDNominal Lelang (Rp. Juta)Jml Paket
1Biro Umum                     4,016               11
2Dikpora                   12,483               12
3Disbudpar                     5,288               13
4Diskop dan UMKM                     1,875                   4
5Disnak dan Keswan                   10,002               11
6Dislutkan                     2,570                   4
7BPBD                     1,904                   4

SKPD yang Hanya Punya Kewajiban 1 Paket tapi Belum Juga Mengajukan Lelang s.d 15 April 2015
NoSKPDNominal Lelang (Rp. Juta)Jml Paket
1Disnakertrans                         344                   1
2Dishubkominfo                         477                   1
3Dishut                         520                   1
4Dispenda                     1,000                   1
5Ktr. Penghubung                         855                   1


SKPD dengan Sisa Kewajiban Mengajukan Lelang yang Masih Tinggi
NoSKPDLelangBlm mengajukan Lelang
Rp (juta)Jml PktJml PktRp (juta)%
1Dinas Pertanian TPH                   12,476               10               9             11,676       94.00
2Disbun                   15,441               10               9             14,441       93.52
3RSJP                   13,136                   8               7             12,906       98.25
4Bakorluh                     3,330                   3               2               3,195       95.95
5Dinas Kesehatan                     5,179                   7               5               3,222       62.21
6Distamben                   17,881               16               6             12,132       67.85
7RSUP               132,572               16               6             94,367       71.18


“Wagub perlu turun tangan segera, jangan menunda dan memberi kelonggaran kepada SKPD-SKPD itu untuk melalaikan kewajibannya. Intervensi Wagub langsung penting dilakukan untuk memastikan lelang proyek-proyek tersebut segera dilaksanakan,” katanya.
Menurut Ervyn Kaffah, Bulan Maret hingga Akhir April adalah kurun waktu yang krusial dalam memastikan kelancaran proses pengadaan barang/jasa, khususnya yang melalui metode lelang di ULP-LPSE. Selain masalah dokumen dan jumlah PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yang terbatas, factor paling berpengaruh adalah kelalaian jajaran birokrasi dalam menaati jadwal atau time-line yang sudah direncanakan. FITRA menyebut 12 SKPD yang lamban mengajukan lelang ini masuk zona merah sehingga perlu intervensi segera dari Pimpinan.
Ervyn menyebut, SKPD yang perlu segera diintervensi itu adalah Biro Umum, Dikpora, Dinas Budpar, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Kelautan dan Perikanan, BPBD, Disnakertrans, Dishubkominfo, Dinas Kehutanan, Dispenda, dan Kantor Penghubung Pemprov NTB di Jakarta.

 7 SKPD Perlu Perhatian Khusus.
Selain 12 SKPD tersebut, FITRA NTB mengharapkan jajaran Pemprov NTB memberikan perhatian khusus (Perkus) terhaap 7 SKPD lainnya, yang meskipun sudah mulai mengajukan lelang dengan jumlah terbatas, namun sisa paket proyek yang menjadi kewajibannya masih tinggi. 7 SKPD itu yakni: Dinas Pertanian TPH, Dinas Perkebunan, RSJP, Bakorluh, Dinas KEsehatan, Distamben, dan RSUP.
Sebagai contoh, Dinas Pertanian TPH, dengan 10 Paket Proyek senilai Rp. 12,476 milyar tahun ini, baru mengajukan lelang hanya 1 paket proyek, sehingga tersisa 9 paket proyek (Rp. 11,676 milyar). Ini berarti Dinas ini baru mengajukan lelang hanya senilai 6% dan masih tersisa 94% anggaran proyek yang harus segera diajukan lelangnya ke ULP. Sementara Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB misalnya, dengan 8 Paket Proyek senilai Rp. 13,136 milyar namun baru mengajukan lelang hanya 1 paket proyek, sehingga tersisa 7 paket proyek (Rp. 12,906 milyar), atau masih tersisa 98,25%. Contoh lainnya adalah RSUP yang tahun ini menangani 16 Paket Proyek senilai Rp. 132,572 milyar namun masih tersisa 6 paket yang belum diajukan lelang dengan sisa anggaran cukup signifikan mencapai Rp. 94,367 milyar. Atau tersisa paket proyek yang belum diajukan lelangnya dengan nominal diatas 70% (baca: 71,18%) dari keseluruhan nilai proyek di SKPD ini.
Menurut Catatan FITRA NTB, pada tahun 2015 ini, dengan APBD sebesar Rp. 2,993 Trilyun, nilai pengadaan barang/jasa Pemprov NTB mencapai Rp. 1,23 Trilyun atau sekitar 41% dari total anggaran (Artinya sebagian besar anggaran diperuntukkan bagi Belanja Tidak Langsung, termasuk Belanja Pegawai, belanja Hibah dan lain sebagainya. Nominal pengadaan melalui lelang pada ULP-LPSE NTB adalah senilai Rp. 510,049 milyar, sementara sisanya dengan nominal yang jauh lebih besar ditetapkan oleh Pemprov ditempuh melalui metode non-lelang senilai Rp. 720 milyar.(ris)-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar