Mataram, Koran BERITA (24/03/2008)
Ervyn Kaffah, Sekretaris Jenderal PEMILU CENTER: "Ini yang saya maksud parpol gagal. Dari sana sudah terlihat bahwa selama
ini tidak jalan kadernisasi parpol. Yang ada bukan rekrutmen terbuka, tetapi
mereka menghubungi siapa yang bakal dijagokan, kemudian proses penentuannya
secara internal keputusannya didominasi elit parpol, bahkan elit di
Jakarta."
PEMILU Center meminta partai politik (Parpol) melakukan proses rekrutmen bakal calon gubernur (Bacagub)/bacawagub, secara transparan, demokratis, terbuka, dan melibatkan akses publik, menjelang Pemilu Pilkada NTB, Juli mendatang.
Melihat perkembangan saat ini Pemilu Center menilai parpol yang ada, telah gagal melaksanakan proses rekrutmen bila mengacu Undang-undang Parpol , Penyelenggaraa Pemilu, dan Undang-undang Pemda.
"Sampai saat ini, kami melihat baru ada satu bacagub yang layak mendaftar diri ke KPU 11 April mendatang, yakni H.Lalu Serinata, yang diusung Golkar. Sementara bakal calon lain, kami masih ragu karena yang ada koalisi parpol saat ini berubah-ubah," kata Sekretaris Jenderal Pemilu Center, Ervyn Kaffah SH, Minggu (23/3) di Mataram.
Ia menilai, tanpa koalisi pun Golkar mampu mengusung Serinata, calon yang kini masih menjabat Gubernur NTB, karena suara Golkar di kursi DPRD NTB melebihi 15 persen. Kemantapan Serinata semakin kuat saat PDIP, PBR, dan Patriot Pancasila menyatakan dukungan lewat koalisinya.
Sementara bacalon Tuan Guru Bajang yang diusung koalisi PKS dan PBB, H.Zainy Aroni yang diusung PPP dan PKB, serta H.Lalu Koeshardie Anggrat yang diusung gabungan 14 parpol dalam forum partai bersatu (FPB), masih diragukan, lantaran koalisi parpol pendukungnya dinilai masih rentan berubah.
"Ini yang saya maksud parpol gagal. Dari sana sudah terlihat bahwa selama ini tidak jalan kadernisasi parpol. Yang ada bukan rekrutmen terbuka, tetapi mereka menghubungi siapa yang bakal dijagokan, kemudian proses penentuannya secara internal keputusannya didominasi elit parpol, bahkan elit di Jakarta," katanya.
Menurutnya, rekrutmen yang dilakukan parpol saat ini lebih menunjukan kepentingan elit politik, sehingga koalisi yang terbangun pun bukan berdasar platform antar parpol. Kepentingan elit itu, papar Ervyn, ialah jangka pendek untuk pemenangan Pemilu 2009, dan kepentingan Pilkada di tingkat daerah Kabupaten/Kota di NTB selanjutnya.
"Jadi yang diusung parpol adalah siapa yang bisa memenuhi kepentingan itu. Artinya tega sekali parpol ini, rakyat NTB disuguhi ayam taliwang, tetapi nasinya basi, dan itu harus kita telan semua. Sekali lagi tega sekali parpol ini," katanya.
Selain para proses, Ervyn juga menyoroti produk rekrutmen parpol. Dari empat kandidat yang disebut-sebut itu, menurut Ervyn tiga diantaranya bisa dianggap cacat karena tercatat sedang menjalani proses hokum yang berkaitan dengan dugaan korupsi.
Jika saja parpol mau berbenah, tandasnya, masih banyak putra NTB yang berkualitas. Sebut saja, Ismail Husni, pimpinan sebuah surat kabar di NTB, H.Nanang Samodra, mantan Sekda Provinsi NTB, dan Irjen (purn) Farouk Muhammad, mantan direktur PTIK.
"Mereka ini orang berkualitas dan kredibel, dan tidak tersandung masalah hukum. Tapi kenapa tidak ada pintu masuk? Kami sebagai rakyat jadi bertanya-tanya, parpol ini maunya bagaimana?. Akhirnya ya begitu, tega sekali parpol ini, rakyat disuguhi calon-calon "bermasalah", yang harus dipilih dalam Pilkada nanti. Rakyat disuruh memilih yang terbaik diantara yang buruk-buruk," tukasnya.(gra). disadur dari Koran BERITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar